Menikah

Monday 15 January 2018 0 comments
-menikah cepat adalah hal yang tidak pernah masuk dalam daftar rencana jangka pendekku kala itu-


.....

Bertemu kembali denganmu adalah hal yang tidak pernah direncanakan, diinginkan, dan terjadi begitu saja. Berawal dari penawaranmu ingin membagi rasa oleh-oleh khas malang, di stasiun pondok cina lah kita bertemu siang itu. Hari-hari selanjutnya hanya berlanjut berbalut percakapan ringan dan (ku pikir) biasa saja. Tetapi, bulan-bulan setelahnya menjadi terasa tidak biasa. Ada perhatian yang tidak wajar, ku tangkap dari bahasamu. Tapi semua itu masih biasa saja. Sampai pada waktu di mana kamu mengatakan segala isi hati. Kamu itu bukan ahlinya dalam mengungkapkan rasa. Tapi aku sangat menghargai itu.

Semenjak itu.... hari-hari kami berjalan lebih berwarna. Banyak waktu dan tempat yang telah kami kunjungi berdua. Kamu selalu berusaha membuatku nyaman, aku sangat dapat melihat itu. Hingga pada malam 25 November 2016, kamu memantapkan diri berbicara kepada kedua orangtuaku untuk mengutarakan niatan baikmu. Pernyataanmu mendapatkan sambutan yang baik dari kedua orangtuaku. Kamu tau? pada malam itu aku terharu melihatmu begitu tegas, jelas, dan berani mengungkapkan segalanya. Semoga Allah SWT meridhoimu malam itu, doaku.

Masuk ke bulan berikutnya, desember 2016, melalui beberapa pencarian, kami pun bertemu dengan Wedding Organizer di wilayah Tangerang dan dengan beberapa masukan dari keinginan kedua orangtua, akhirnya kami memutuskan untuk DP gedung di daerah Palem Semi, Karawaci. Awalnya niat kami berdua ingin menyelenggarakan pernikahan di Maret 2018 dan kami pun memesan gedung itu untuk Maret 2018.

Gedung sudah dapat, selanjutnya kami sempat vakum beberapa saat karena kami berdua bingung menentukan skala prioritas. Beberapa kali kami konsultasi dengan WO karena pada awalnya kami berkomitmen untuk mengurus segala halnya berdua, dengan maksud agar tidak membebani dan merepotkan kedua orangtua.

Di awal tahun 2017 kami mulai bergerak.. mulai dari memikirkan konsep apa yang dipilih, beberapa kali test food alias numpang makan di nikahan orang-orang hehe beneran ini tuh berasa dapat voucher makan gratis cuma-cuma dari WO nya. Aku, yang pada dasarnya tidak terlalu suka makan, jadilah merasa mager tiap kali diundang WO untuk test food which is mesti pakai pakaian dan makeup ala tamu undangan (tanpa amplop) haha. Untungnya dia tipe yang semangat mencicip segala jenis makanan, jadi untuk urusan catering dan pemilihan menu, ku serahkan semua pada Masnya.

Di bulan-bulan berikutnya kami berdua mulai menemukan pencerahan. Pemilihan busana (beberapa kali mengunjungi sanggar berbeda. jauh-jauh wara-wiri jakarta eh ketemunya di tangerang juga), konsep pernikahan, makeup, seserahan, souvenir (dibantu orangtua masnya), kartu undangan (bolak-balik pasar tebet yang mana masnya sebenernya paling males kesana karena mesti siap macet dan repot cari parkir tapi untung dia sabar. terimakasih kepada para abang-abang jajanan yang telah meredam dan membahagiakan kami berdua di tengah hiruknya tebet), dan perintilan lain sebagainya.

Time flies so fast ternyata sudah mau memasuki momen lamaran. 20 Agustus 2017. Segala dekorasi dipersiapkan dengan bantuan papa mama. Papa dengan dibantu komando dari mama berhasil merangkai besi yang disulap menjadi backdrop lamaran. Tugasku tinggal beli bunga dan daun artifisial ke toko bunga plastik dengan ditemani adik. Di sini, aku berterimakasih kepada cuaca yang mendukung kala itu, sahabat-sahabat tercinta sekaligus menjadi tim support dalam menunjang make up dan dokumentasi. Acara berjalan khidmat dan lancar. Alhamdulillah.

Setelah lamaran, waktu dirasa semakin cepat. Segala hal penting seperti proses urus KUA dengan bantuan kedua orangtua kita, alhamdulillah berjalan dengan lancar. Kita berdua hanya punya waktu bertemu di akhir pekan. Dengan segala keterbatasan waktu dan mood, segalanya bisa diselesaikan dengan baik. Jarang sekali kita bertengkar. Dia yang begitu sabar dan antusias, membuat segalanya menjadi lebih mudah. Aku, seringkali merasa putus asa dan menyerah begitu saja, mohon maaf ya kalau waktu itu aku sering bilang mau mundur dan gamau jadi nikah. I love you, so deeply.

Kalau kami sedang bosan dengan rutinitas persiapan pernikahan, sesekali mencari hiburan randomly sekedar numpang tidur di bioskop, cari jajanan, atau ke luar kota demi kembali menyeimbangkan jiwa raga haha. Well, kami berdua alhamdulillah masih bisa sekedar menikmati jalanan, senja, malam, dan nyanyian dari radio. Terimakasih semesta kala itu.

Waktu terus berjalan hingga melalui beberapa pertimbangan, dia yang lagi-lagi berhasil 'merayu' agar dimajukan tanggal pernikahan, finally pernikahan kami maju 3 bulan lebih cepat. Kalau inget hal ini, rasanya mau uwek-uwek perut masnya. Dia memang pandai bernegosiasi. Jadilah kami di 10 Desember 2017. 2017 OMG bener-bener merusak rencana pernikahanku yang ku rasa 2018 itu sudah paling sangat amat cepat dari rencana menikahku di Tahun 2020. Hahaha.

Mari kita percepat waktu, tiba saatnya kami menikah. Sehari sebelumnya masing-masing dari kami begitu lelah dengan kegiatan pengajian di rumah masing-masing. Kami berdua kurang tidur. Apalagi masnya (itu semua terlihat dari hasil foto yang sebagian besar matanya merem). Ketahuilah, aku begitu nervous selama berada di ruang make up. Hanya bisa berdoa agar segalanya dilancarkan. Terutama selama prosesi akad.

Pas prosesi akad, Ya Allah Ya Tuhanku.... rasanya seperti saat itu sekeliling seolah berhenti bergerak. Berlebihan sih memang, tapi entah kenapa saat itu pertama kalinya aku tidak bisa mengendalikan rasa degdegan yang ga jelas kenapa tiba-tiba muncul pas pertama kali melangkahkan kaki ke tempat berlangsungnya akad. Pas duduk bukannya makin mereda malah makin jadi. Hahaha malu banget ga sih kalau ada yang ngeh perhatiin, ini pundak ga berenti-berenti naik turun. MasyaAllah, Allah memang luar biasa membuat suasana hati kala itu.

Masku sayang, aku benar meyakinimu adalah lelaki yang tepat untuk menjadi imamku. Perasaan itu muncul begitu saja ketika kamu dengan lantangnya menjawab ijab dengan mengucapkan qobul tanpa cela. Aku ini orang yang paling susah menangis (lebih kepada gengsi) tapi entah kenapa saat itu aku ga bisa berhenti apalagi waktu acara sungkeman mama papa eyang emih.

Setelah acara akad selesai, masuk ke rangkaian acara resepsi. Lucunya di ruang makeup, masih aja aku salting dicengin teteh makeup "ciee sekarang udah boleh seruangan ya, udah resmi sah" hehe ah syaaa aja si teteh. Alhamdulillah acara resepsi berjalan dengan baik (semoga memang baik untuk semua yang ada pada waktu itu) walaupun di tengah acara ternyata eyke haid cinnn. Dan ketika acara selesai, kita berdua langsung membelah diri, dalam artian, aku ga semobil sama orangtua, dia pun demikian, menuju tempat tinggal kami yang letaknya cuma beberapa langkah dari lokasi acara.

Teruntuk Masku, Muhammad Pandu Rizkhi Prasetyo....
Terimakasih dan maaf apabila saat itu dan jauh sebelumnya aku pernah menjadi sosok yang menyebalkan. Aku yang mudah menyerah dengan hubungan kita. Aku yang belum sepenuh hati jiwa raga mempercayaimu bahwa kamulah jodohku.
Setelah akad, dimulai sejak itu, bismillahirrohmaanirrohim. Insyaallah kamu lah benar yang aku butuhkan. Yang terbaik untukku. Menikah yang awalnya menjadi hal yang sangat aku takutkan, tetapi Insyaallah bersamamu, aku percaya ada surga yang perlahan terbangun karena engkau, begitu soleh dan lembut hatinya memperlakukanku begitu baik. Semoga Allah SWT selalu menjagamu untukku.


-Aamiin-

semesta maha ajaib

Thursday 11 February 2016 0 comments
Aku bingung hendak memulainya dari mana. Tiap-tiap potongan kisah saling berebut menarik ujung baju untuk memintaku menuliskan mereka tanpa terkecuali. Baiklah…. semoga tidak ada yang terlewat. Disini aku akan mulai merangkainya perlahan (betulin posisi kacamata).


Berawal di tahun penerimaan mahasiswa baru. Dua manusia satu SMA, beda jurusan, dan tak saling mengenal sebelumnya… diterima di kampus yang sama. Jujur, aku lupa bagaimana awalnya kita bisa dekat, yang pasti waktu itu kita saling berbagi informasi mengenai segala urusan yang berhubungan dengan ke-mahasiswa-baru-an. Tok! (untuk kamu yang apabila kebetulan membaca, aku persilakan untuk mengoreksi kalau-kalau ada kekeliruan haha).

Seiring berjalannya waktu, kita menjadi dekat hingga akhirnya kita jadian. Balik mengulas pertemuan pertama, belum lama ini ia sempat mengingatkan kembali bahwa sebelumnya, waktu kita masih SMA, kita pernah bertemu (dalam pertemuan yang direncanakan) untuk memberikan lukisannya kepadaku. Katanya, aku yang memintanya haha maaf ya sampai sekarang aku masih belum ingat persisnya. Tapi aku amini karena memang saat itu aku pernah menjadi panitia sebuah acara yang bertugas mengumpulkan banyak lukisan dari hampir seluruh anak-anak angkatan di SMA dulu. Jadi…. Wajar kan kalau lupa haha (songongnya.. minta ditimpuk pake eskrim hap lalu kumakan).

Well… kita ternyata pernah bertemu sebelumnya :p

Ah, ya! (sampai lupa, jadi loncat-loncat begini ceritanya) dari jadian di awal maba tersebut, dua bocah ingusan itu pada akhirnya hanya menjalin hubungan yang amat singkat. Tidak sampai 3 bulan bahkan. Aku yang saat itu merasa belum klik dengannya dan di sisi lain hati dan pikiranku masih tersita untuk seseorang ditambah kondisi mukaku yang (untuk pertama kalinya) jerawatan menjadikan kondisi saat itu benar-benar salah. Tenang, bukan kamu yang salah, pun waktu. Aku yang menciptakan kesalahan dan ketidaknyamanan itu sendiri. Disini, aku ingin berterima kasih karena selama kita menjalin hubungan yang singkat dulu, kamu telah memberikan kejutan-kejutan kecil yang aku tau, itu bukan seorang kamu ‘banget’ yang jauh dari hal-hal romantis. Aku ingin mereka tau hal apa saja yang membuatku berterima kasih,

  • Kamu.. yang mencari bunga hingga ke Bogor (ternyata) dengan ditemani teman barumu di kampus.
  • Kamu.. yang ketika menyatakan perasaan bawa-bawa laptop ke depan kosanku malam hari ditemani temanmu yang kebetulan aku pun mengenalnya dengan baik. Lupa persisnya gimana, pokoknya dengan bantuan software atau entah, disitu bertuliskan rangkaian kata singkat yang mewakili perasaanmu.
  • Kamu.. yang gemar memberiku bunga mawar putih, yang hingga kini masih ku simpan fotonya.
  • Kamu.. yang pernah memberiku boneka panda dengan dibungkus plastik hitam hahaha see? Betapa polosnya kamu di tengah usaha romantismu.
  • Kamu.. yang mengantarkan tempat makan berwarna merah berisi roti panggang dengan mengukirnya menjadi rangkaian huruf namaku dan menyelipkannya di sela pagar kosanku. Aku selalu tertawa bila mengingatnya, membayangkanmu bersusah payah dengan hasil huruf yang ‘menyan-menyon’.
  • Kamu.. yang selalu random cerita hal-hal sepele yang kadang membuatku, apasih ini anak.

Ya….. kamu. Terimakasihku.

Setelah kita putus di akhir tahun 2011, komunikasi kita tidak serutin sebelumnya. Aku mulai kembali meneruskan kehidupan di kampus, begitu pun kamu. Anehnya, kamu tetap dengan ke-random-an-mu yang tiba-tiba ngechat, “wi dimana?” “wi lagi di depok?” “wi di kosan ngga?” “wi” “wi” lalu menghilang entah ditelan bumi atau terbawa hembusan angin.

Hingga tiba di semester terakhir ketika ku sedang bergelut dengan skripsi. Bukan semacam komunikasi yang direncanakan dan berlangsung lama, hanya komunikasi singkat lalu menghilang seperti biasa. Kita bertemu kembali melalui ketikan-ketikan jari tangan.

Dan.. di hari aku hendak mengambil toga wisuda, kebetulan kamu pun ingin memberiku oleh-oleh dari malang. Kita bertemu kembali untuk pertama kalinya setelah sekian tahun. Teriknya siang itu menyaksikan dua manusia bertemu kembali (untuk sekian lama) di dekat indomaret stasiun pondok cina. Kau memanggil namaku dan aku sempat mencari suara itu. Masih terekam di ingatanku kamu tersenyum lebar dan… kaku. Ternyata, masih sama seperti yang dulu. Kita menghabiskan siang itu dengan suasana yang masih sedikit canggung. Pertemuan itu berlangsung dengan singkat dan baik.

Dari pertemuan siang itu, kita bertemu kembali di hari wisudaku. Kamu yang telah diwisuda satu semester sebelumnya, datang bersama dua teman SMA kita, tak ketinggalan pula adiknya yang membantu mengambil gambar kita berempat di perpustakaan pusat sebelum aku masuk ke balairung. Kamu, yang saat itu sempat mengobrol sebentar dengan mama, membuat teman-teman kuliahku sesekali mengedarkan pandangan ke arahmu.

Semenjak itu komunikasi kita mulai membaik dan mengalir adanya sampai pada suatu ketika aku baru mengetahui (cenderung telat) bahwa kamu pun sedang menjalin hubungan khusus dengan seseorang yang saat itu kalian sedang memiliki gejolak tersendiri. Entah. Aku tidak tahu masalah apa yang sedang kalian hadapi hingga pada akhirnya kalian memilih untuk mengakhiri hubungan. Berkali-kali ku bertanya hal yang sama, berkali-kali pula jawabanmu belum sepenuhnya menjawab rasa penasaranku. Ku mengenal batas sejauh mana aku dapat mengetahui ranah pribadimu sehingga pada akhirnya aku memilih untuk tidak membahasnya lagi.

Hari berganti hari, begitupun minggu, bulan, hingga kini kita berdua berada di 2016.

Entah sepertinya aku menemukan kembali sosok yang bisa kupercaya bahwa aku akan baik-baik saja bila bersamanya. Gunung, medan terjal, laut, memburu sunset, ketinggian, film, hingga rumahku, sudah kita rasakan di beberapa bulan terakhir ini. Menjadi saksimu dalam proses menyusun seminar pra tesis, tesis, hingga akhirnya kamu (baru saja kemarin) mendapat acc untuk maju sidang, memfotonya dan menuliskan caption “buat kamu” membuat perasaan itu semakin aneh :)
Begitupun kamu, menjadi saksi ceritaku tentang angga, papa, mama, hingga rumah kemalingan, duduk manis di kursi dapur melihat saat-saat aku belajar (dengan masih dibantu mama) membuat kue karamel untukmu. Ya! saksi dalam proses aku memperbaiki diri dengan perlahan belajar memasak makanan lainnya walaupun makanannya masih sangat sederhana dan terbatas, walaupun (juga) hanya melihat melalui foto-foto yang aku kirimkan hampir setiap harinya. Ya! Intinya setiap saatnya kita sama-sama belajar memperindah diri menjadi lebih baik. Terselip sesekali pembicaraan mengenai masa depan. Well, kita berandai pun masih dengan hati-hati bermaksud tidak ingin mendikte Tuhan apalagi mendahului takdirNya.

Kini, aku benar menyadari ada semacam keyakinan yang kemudian muncul dan menguat dari hari ke hari. Bukan lagi perasaan yang bergejolak riang seperti dulu. Lebih kepada perasaan, umm sepertinya kini ku memilih dan mempercayaimu. Dan lagi-lagi, biarkan Tuhan memperlihatkan kuasaNya kelak. Toh mama pernah bilang, jodoh itu memang takdir Tuhan, tapi jodoh pun takdir yang harus diusahakan oleh manusia itu sendiri. Kalau boleh aku menyimpulkan, sepertinya benar saat ini kita sedang sama-sama saling mengusahakan yang terbaik bagi keduanya. Perlahan. Tanpa memaksakan.

Kepada masa depan.. mungkin dua, tiga, atau empat tahun lagi.. aku, dia, kita, kini menyerahkannya dengan ikhlas kepadamu. Ku harap kau mendukung usaha kita berdua. Walau kita pernah merencanakanmu dengan pasangan masing-masing sebelumnya, semoga kali ini kau benar sudi mendengarkan dan melihat usaha kami untuk dapat menggenggammu kelak.

Dan kepada yang pernah hadir sebelumnya di kehidupan kita, aku dengan segala kerendahan hati berterimakasih kepada masing-masing dari kalian karena telah begitu indah membentuk cerita tersendiri di kehidupan kita dahulu. Aku percaya, kalian yang teramat baik pasti akan mendapatkan yang teramat baik pula. Semoga kita tetap bisa saling mendoakan.


Baiklah..
Apa yang selanjutnya akan terjadi? Mari kita lihat bersama ke depannya. Semoga harapan-harapan yang kita berdua lantunkan dalam tiap sujud dan doa, diamini oleh semesta.

Terimakasih tak lupa ku haturkan kepada Universitas Indonesia, yang telah mempertemukan kita berdua-memisahkan-menjauhkan-hingga kembali mempertemukan-mendekatkan-di waktu yang tak terduga. Semesta maha ajaib!



Salam,

Aku yang mengetik semua ini di laptopmu :)

sendiri

Friday 31 October 2014 0 comments
ada yang tertutup dan disimpan di dalam laci
ada yang kembali menjadi boneka usang
ada yang dipakai sebagai penghias ibadah
semua kembali ke tempatnya
di tempat pertama mereka ada


ada yang disimpan sendiri
dalam..
jauh dari gelak tawa permukaan
dalam..
menjauhi hingar yang nampak
dalam..
disimpan bersama waktu


menjadi sendiri bukan suatu kemunduran
sendiri berarti kesempatan memperbaiki diri
sendiri yang memberi kesempatan menikmati
sendiri pula yang mampu mengapresiasi diri


tidak ada yang takut dalam sendiri
tidak kamu, pun aku
toh pada akhirnya kita menjalaninya secara normal
walau ada harap di sela doa
akan takdir terbaik bagi keduanya

dia, sang mudik.

Tuesday 15 July 2014 0 comments
lagi-lagi bertemu kamu
segenap merapat bagai serdadu
mobil dan motor siap menderu
dari kota kembali ke tanah ibu

lagi-lagi bertemu kamu
berbagai penghantar akan diserbu
kawanan prajurit cilik di tanah ibu
berlari, senandung, menggebu-gebu

bis dan kereta

Monday 7 July 2014 0 comments
dia yang di dalam bis
mengibaskan rambut
menyeka keringat
hari begitu hangat

dia yang di dalam kereta
mencari sumber angin
meraih genggaman
terdesak kiri dan kanan

bis dan kereta
kalian sama
bila berada di ibu kota
saksi pijak dan mata
para petarung dalam bekerja

satu hari di bulan juli

Thursday 3 July 2014 0 comments
Pagi juli..
yang berada di perhimpitan barisan namaku
rasanya hari ini ada yang berubah denganmu
hilang,
berkurang,
berbeda,
atau
kamu yang kian tahun kian memudar?



Selamat hai juli..
kamu yang terlihat selalu cantik mengukir tiga
tapi,
hari ini aku tidak dapat begitu luas melihat pesonamu
lebih baik cepat kau berlari
pun menghilang dari titik pandanganku

Dago pakar, 2003.

Tuesday 1 July 2014 0 comments
Papa.
mari kita lihat lagi kawanan bintang di langit malam
lewat balkon di dago pakar kala itu
berselimut rangkul tanganmu
tangan sang pria tangguh

Papa.
mari kita lihat lagi kawanan bintang di langit malam
lewat balkon di dago pakar kala itu
berselimut rangkul tanganku
tangan yang kini akan mengusap hangat kulit tipismu

Perempuan Bekerja

Wednesday 25 June 2014 0 comments
Wanita ini terlihat memikirkan sesuatu. Melalui sudut lain di ruangan yang sama, aku hanya bisa mengamati. Bekerja. Ya, itulah yang menjadi rutinitasnya setiap hari bahkan ketika ia telah menikah. Ia memanggilku untuk sekedar menemaninya di tengah kejenuhan yang teramat. Memulai pembicaraan yang awalnya kupikir hanya sekedar obrolan kosong.

Katanya,
Saya capek dengan kehidupan saya yang sekarang.

Aku hanya mendekatkan pandangan agar terlihat selayak menyimaknya.

Katanya lanjut,
Dulu, ketika saya di bangku sekolah bahkan hingga kuliah, kehidupan yang saya jalani begitu normal dan menyenangkan. Saya bisa menikmati kopi setiap sabtu sore di kedai yang sama, bisa sekedar bercengkrama dengan teman-teman atau siapapun deh, yang penting dunia tidak begitu mati bagi saya. Saya begitu bersemangat untuk bercerita kepada Ibu tentang apapun. Merasakan waktu layaknya anak gadis pada umumnya. Begitu semangat menyambut pagi dan berterima kasih menjelang tidur. Saya juga sering mencoba meniru memasak makanan yang selalu dibuat oleh Ibu, membantu adik mengerjakan tugas sekolahnya. Bahkan, sesekali saya mencoba membuat kue yang resepnya saya dapat dari media sosial.

Sekarang, saya rasa hidup terlalu jauh dari normal. Hidup yang selalu dikejar deadline, yang pada ujungnya bermuara di pencapaian karir pun materi. Materi? Karir? sahabat saya dulu pernah berkata, wajar apabila wanita terus bergulat dalam pencapaian karirnya, akan tetapi harus tau batasan-batasannya. selesai. Lantas yang saya alami saat ini, di mana harusnya saya meletakkan batasan-batasan itu? saya tidak lagi bisa menikmati obrolan liar bersama teman-teman semasa sekolah dulu, atau bercerita dengan Ibu tentang apa yang saya rasakan. Tidak, jangankan bercerita, mengunjunginya pun tidak semudah ketika pulang sekolah dulu, apalagi jika suami saya diharuskan berpindah tempat terkait pekerjaannya. Sekarang, saya begitu lelah menyambut pagi dengan berbagai tekanan mulai dari melangkahkan kaki keluar rumah hingga sampai di kantor. Berterima kasih sebelum tidur? ya, saya selalu bersyukur atas segala yang Tuhan berikan kepada saya melalui keluarga kecil ini. Memasak? terdengar menyedihkan karena sungguh saya ingin memasak makanan bergizi nan lucu setiap harinya untuk anak semata wayang saya. Tapi lagi-lagi, asisten rumah tangga lah yang melengkapi itu semua. Saya kehilangan banyak waktu untuk sekedar membantu anak mengerjakan tugas sekolahnya, karena begitu tidak dapat diprediksinya jalanan ibu kota yang berimbas pada sering telatnya saya dan suami sampai di rumah, kala itu si kecil pun sudah terlelap.

Tujuan saya menjadi wanita karir ialah semata-mata ingin berusaha bersama suami untuk memberikan kehidupan dan masa depan yang layak bagi anak kami. Tapi, selama ini benarkah sesungguhnya di mana saya berdiri? di mana batasan-batasan yang dulu sahabat saya pernah katakan? karena saya pun ingin selalu ada dan melihat tahap per tahap perkembangan anak saya. Seperti mimpi saya dulu ketika di bangku sekolah, sungguh saya ingin menjadi Ibu seutuhnya.

Aku hanya diam, dalam hati berkata: "pun itu mimpiku mba"

ciye yang satu tahun..

Wednesday 18 June 2014 0 comments
howaaaaaa! it's been one year that we've shared every single moment. sometimes, you made me crazy cause of our egoism. but more than that, you've made me like i had a brand new canvas, then we filled out with colourful memories.

kalau aja bermimpi buat ke depannya.......... take me to go there!! tempat kelahiran kamu, tempat yang katanya aku bisa kasih proposal ke calon supervisorku buat belajar masak makanan yang kamu mau, lebih dari itu belajar siapin pakaian kamu selesai subuh, sarapan di satu meja yang sama setiap harinya sebelum berangkat ke kantor, hingga sapaan manis sebelum beranjak tidur.
dan bermimpi... lagi lagi bermimpi. gapapa lah, toh mimpi juga yang bikin kita berjalan mengarah apa yang menjadi tujuan ke depan *terus gitu*

.....
yiaaaaak!
mungkin banyak di luar sana yang nyinyir, baru juga satu tahun.
tapi, yasudahlah..
namanya juga orang lagi (lagi) kasmaran *mungkin orang kantor kalo ngeliat apa yang lagi gue kerjain bakalan ber-ckckck-geleng kepala*



um,
Thank you for being lovely person! let's we celebrate.... *beer*

nyem nyem runyem..

Tuesday 29 April 2014 0 comments

...
hening. tapi runyam.
runyam di kepala. awut-awutan.
rasanya ingin mengunyah permen karet,
menggoyangkannya di dalam mulut
dari kiri ke kanan
membuatnya jadi balon karet, kemudian meletuskannya
TLOK!

yihahaaa begini ya rasanya jadi mahasiswa tingkat akhir.
tugas, magang, skripsi, semua telah termaktub dalam sebuah deadline mengesalkan.
invisible memang, tapi mereka ada.
belum lagi bumbu-bumbu lainnya seperti:
mau jadi apa saya nantinya?
mau kerja di mana?
wanita karir kah? ibu rumah tangga kah? membuka lapak bisnis kah?
"hey umur lo udah kepala 2 meeeen"

nyam. nyam. nyam. nyam. nyam.
mungkin ini baru segelintir hal yang ditimbulkan dari kejenuhan di bangku kuliah..
hasil refleksi dari pikiran liar saya.
terlampau liar
berbagai deadline itu semakin merapat dan mendekat bung!

pada ujungnya,
pertanyaan menggelitik lah yang muncul di sela-sela nugas
apa bisa saya hanya sekedar jadi istri yang mendampingimu kelak? jadi ibu bagi anak-anak kita kelak?
dan lagi..
hening.





-tertanda-
manusia super dilanda kejenuhan

 

© 2010 halaman kosongBlogger Template by dzignine