semesta maha ajaib

Thursday 11 February 2016 Read Comment
Aku bingung hendak memulainya dari mana. Tiap-tiap potongan kisah saling berebut menarik ujung baju untuk memintaku menuliskan mereka tanpa terkecuali. Baiklah…. semoga tidak ada yang terlewat. Disini aku akan mulai merangkainya perlahan (betulin posisi kacamata).


Berawal di tahun penerimaan mahasiswa baru. Dua manusia satu SMA, beda jurusan, dan tak saling mengenal sebelumnya… diterima di kampus yang sama. Jujur, aku lupa bagaimana awalnya kita bisa dekat, yang pasti waktu itu kita saling berbagi informasi mengenai segala urusan yang berhubungan dengan ke-mahasiswa-baru-an. Tok! (untuk kamu yang apabila kebetulan membaca, aku persilakan untuk mengoreksi kalau-kalau ada kekeliruan haha).

Seiring berjalannya waktu, kita menjadi dekat hingga akhirnya kita jadian. Balik mengulas pertemuan pertama, belum lama ini ia sempat mengingatkan kembali bahwa sebelumnya, waktu kita masih SMA, kita pernah bertemu (dalam pertemuan yang direncanakan) untuk memberikan lukisannya kepadaku. Katanya, aku yang memintanya haha maaf ya sampai sekarang aku masih belum ingat persisnya. Tapi aku amini karena memang saat itu aku pernah menjadi panitia sebuah acara yang bertugas mengumpulkan banyak lukisan dari hampir seluruh anak-anak angkatan di SMA dulu. Jadi…. Wajar kan kalau lupa haha (songongnya.. minta ditimpuk pake eskrim hap lalu kumakan).

Well… kita ternyata pernah bertemu sebelumnya :p

Ah, ya! (sampai lupa, jadi loncat-loncat begini ceritanya) dari jadian di awal maba tersebut, dua bocah ingusan itu pada akhirnya hanya menjalin hubungan yang amat singkat. Tidak sampai 3 bulan bahkan. Aku yang saat itu merasa belum klik dengannya dan di sisi lain hati dan pikiranku masih tersita untuk seseorang ditambah kondisi mukaku yang (untuk pertama kalinya) jerawatan menjadikan kondisi saat itu benar-benar salah. Tenang, bukan kamu yang salah, pun waktu. Aku yang menciptakan kesalahan dan ketidaknyamanan itu sendiri. Disini, aku ingin berterima kasih karena selama kita menjalin hubungan yang singkat dulu, kamu telah memberikan kejutan-kejutan kecil yang aku tau, itu bukan seorang kamu ‘banget’ yang jauh dari hal-hal romantis. Aku ingin mereka tau hal apa saja yang membuatku berterima kasih,

  • Kamu.. yang mencari bunga hingga ke Bogor (ternyata) dengan ditemani teman barumu di kampus.
  • Kamu.. yang ketika menyatakan perasaan bawa-bawa laptop ke depan kosanku malam hari ditemani temanmu yang kebetulan aku pun mengenalnya dengan baik. Lupa persisnya gimana, pokoknya dengan bantuan software atau entah, disitu bertuliskan rangkaian kata singkat yang mewakili perasaanmu.
  • Kamu.. yang gemar memberiku bunga mawar putih, yang hingga kini masih ku simpan fotonya.
  • Kamu.. yang pernah memberiku boneka panda dengan dibungkus plastik hitam hahaha see? Betapa polosnya kamu di tengah usaha romantismu.
  • Kamu.. yang mengantarkan tempat makan berwarna merah berisi roti panggang dengan mengukirnya menjadi rangkaian huruf namaku dan menyelipkannya di sela pagar kosanku. Aku selalu tertawa bila mengingatnya, membayangkanmu bersusah payah dengan hasil huruf yang ‘menyan-menyon’.
  • Kamu.. yang selalu random cerita hal-hal sepele yang kadang membuatku, apasih ini anak.

Ya….. kamu. Terimakasihku.

Setelah kita putus di akhir tahun 2011, komunikasi kita tidak serutin sebelumnya. Aku mulai kembali meneruskan kehidupan di kampus, begitu pun kamu. Anehnya, kamu tetap dengan ke-random-an-mu yang tiba-tiba ngechat, “wi dimana?” “wi lagi di depok?” “wi di kosan ngga?” “wi” “wi” lalu menghilang entah ditelan bumi atau terbawa hembusan angin.

Hingga tiba di semester terakhir ketika ku sedang bergelut dengan skripsi. Bukan semacam komunikasi yang direncanakan dan berlangsung lama, hanya komunikasi singkat lalu menghilang seperti biasa. Kita bertemu kembali melalui ketikan-ketikan jari tangan.

Dan.. di hari aku hendak mengambil toga wisuda, kebetulan kamu pun ingin memberiku oleh-oleh dari malang. Kita bertemu kembali untuk pertama kalinya setelah sekian tahun. Teriknya siang itu menyaksikan dua manusia bertemu kembali (untuk sekian lama) di dekat indomaret stasiun pondok cina. Kau memanggil namaku dan aku sempat mencari suara itu. Masih terekam di ingatanku kamu tersenyum lebar dan… kaku. Ternyata, masih sama seperti yang dulu. Kita menghabiskan siang itu dengan suasana yang masih sedikit canggung. Pertemuan itu berlangsung dengan singkat dan baik.

Dari pertemuan siang itu, kita bertemu kembali di hari wisudaku. Kamu yang telah diwisuda satu semester sebelumnya, datang bersama dua teman SMA kita, tak ketinggalan pula adiknya yang membantu mengambil gambar kita berempat di perpustakaan pusat sebelum aku masuk ke balairung. Kamu, yang saat itu sempat mengobrol sebentar dengan mama, membuat teman-teman kuliahku sesekali mengedarkan pandangan ke arahmu.

Semenjak itu komunikasi kita mulai membaik dan mengalir adanya sampai pada suatu ketika aku baru mengetahui (cenderung telat) bahwa kamu pun sedang menjalin hubungan khusus dengan seseorang yang saat itu kalian sedang memiliki gejolak tersendiri. Entah. Aku tidak tahu masalah apa yang sedang kalian hadapi hingga pada akhirnya kalian memilih untuk mengakhiri hubungan. Berkali-kali ku bertanya hal yang sama, berkali-kali pula jawabanmu belum sepenuhnya menjawab rasa penasaranku. Ku mengenal batas sejauh mana aku dapat mengetahui ranah pribadimu sehingga pada akhirnya aku memilih untuk tidak membahasnya lagi.

Hari berganti hari, begitupun minggu, bulan, hingga kini kita berdua berada di 2016.

Entah sepertinya aku menemukan kembali sosok yang bisa kupercaya bahwa aku akan baik-baik saja bila bersamanya. Gunung, medan terjal, laut, memburu sunset, ketinggian, film, hingga rumahku, sudah kita rasakan di beberapa bulan terakhir ini. Menjadi saksimu dalam proses menyusun seminar pra tesis, tesis, hingga akhirnya kamu (baru saja kemarin) mendapat acc untuk maju sidang, memfotonya dan menuliskan caption “buat kamu” membuat perasaan itu semakin aneh :)
Begitupun kamu, menjadi saksi ceritaku tentang angga, papa, mama, hingga rumah kemalingan, duduk manis di kursi dapur melihat saat-saat aku belajar (dengan masih dibantu mama) membuat kue karamel untukmu. Ya! saksi dalam proses aku memperbaiki diri dengan perlahan belajar memasak makanan lainnya walaupun makanannya masih sangat sederhana dan terbatas, walaupun (juga) hanya melihat melalui foto-foto yang aku kirimkan hampir setiap harinya. Ya! Intinya setiap saatnya kita sama-sama belajar memperindah diri menjadi lebih baik. Terselip sesekali pembicaraan mengenai masa depan. Well, kita berandai pun masih dengan hati-hati bermaksud tidak ingin mendikte Tuhan apalagi mendahului takdirNya.

Kini, aku benar menyadari ada semacam keyakinan yang kemudian muncul dan menguat dari hari ke hari. Bukan lagi perasaan yang bergejolak riang seperti dulu. Lebih kepada perasaan, umm sepertinya kini ku memilih dan mempercayaimu. Dan lagi-lagi, biarkan Tuhan memperlihatkan kuasaNya kelak. Toh mama pernah bilang, jodoh itu memang takdir Tuhan, tapi jodoh pun takdir yang harus diusahakan oleh manusia itu sendiri. Kalau boleh aku menyimpulkan, sepertinya benar saat ini kita sedang sama-sama saling mengusahakan yang terbaik bagi keduanya. Perlahan. Tanpa memaksakan.

Kepada masa depan.. mungkin dua, tiga, atau empat tahun lagi.. aku, dia, kita, kini menyerahkannya dengan ikhlas kepadamu. Ku harap kau mendukung usaha kita berdua. Walau kita pernah merencanakanmu dengan pasangan masing-masing sebelumnya, semoga kali ini kau benar sudi mendengarkan dan melihat usaha kami untuk dapat menggenggammu kelak.

Dan kepada yang pernah hadir sebelumnya di kehidupan kita, aku dengan segala kerendahan hati berterimakasih kepada masing-masing dari kalian karena telah begitu indah membentuk cerita tersendiri di kehidupan kita dahulu. Aku percaya, kalian yang teramat baik pasti akan mendapatkan yang teramat baik pula. Semoga kita tetap bisa saling mendoakan.


Baiklah..
Apa yang selanjutnya akan terjadi? Mari kita lihat bersama ke depannya. Semoga harapan-harapan yang kita berdua lantunkan dalam tiap sujud dan doa, diamini oleh semesta.

Terimakasih tak lupa ku haturkan kepada Universitas Indonesia, yang telah mempertemukan kita berdua-memisahkan-menjauhkan-hingga kembali mempertemukan-mendekatkan-di waktu yang tak terduga. Semesta maha ajaib!



Salam,

Aku yang mengetik semua ini di laptopmu :)

0 comments:

Post a Comment

 

© 2010 halaman kosongBlogger Template by dzignine