Aku bingung hendak memulainya dari mana.
Tiap-tiap potongan kisah saling berebut menarik ujung baju untuk memintaku
menuliskan mereka tanpa terkecuali. Baiklah…. semoga tidak ada yang terlewat. Disini aku akan mulai
merangkainya perlahan (betulin posisi kacamata).
Berawal di tahun penerimaan mahasiswa baru. Dua
manusia satu SMA, beda jurusan, dan tak saling mengenal sebelumnya… diterima di
kampus yang sama. Jujur, aku lupa bagaimana awalnya kita bisa dekat, yang pasti
waktu itu kita saling berbagi informasi mengenai segala urusan yang berhubungan
dengan ke-mahasiswa-baru-an. Tok! (untuk kamu yang apabila kebetulan membaca,
aku persilakan untuk mengoreksi kalau-kalau ada kekeliruan haha).
Seiring berjalannya waktu, kita menjadi dekat
hingga akhirnya kita jadian. Balik mengulas pertemuan pertama, belum lama ini
ia sempat mengingatkan kembali bahwa sebelumnya, waktu kita masih SMA, kita
pernah bertemu (dalam pertemuan yang direncanakan) untuk memberikan lukisannya
kepadaku. Katanya, aku yang memintanya haha maaf ya sampai sekarang aku masih
belum ingat persisnya. Tapi aku amini karena memang saat itu aku pernah menjadi
panitia sebuah acara yang bertugas mengumpulkan banyak lukisan dari hampir
seluruh anak-anak angkatan di SMA dulu. Jadi…. Wajar kan kalau lupa haha (songongnya..
minta ditimpuk pake eskrim hap lalu kumakan).
Well… kita ternyata pernah bertemu sebelumnya
:p
Ah, ya! (sampai lupa, jadi loncat-loncat begini
ceritanya) dari jadian di awal maba tersebut, dua bocah ingusan itu pada
akhirnya hanya menjalin hubungan yang amat singkat. Tidak sampai 3 bulan
bahkan. Aku yang saat itu merasa belum klik dengannya dan di sisi lain hati dan
pikiranku masih tersita untuk seseorang ditambah kondisi mukaku yang (untuk
pertama kalinya) jerawatan menjadikan kondisi saat itu benar-benar salah.
Tenang, bukan kamu yang salah, pun waktu. Aku yang menciptakan kesalahan dan
ketidaknyamanan itu sendiri. Disini, aku ingin berterima kasih karena selama
kita menjalin hubungan yang singkat dulu, kamu telah memberikan kejutan-kejutan
kecil yang aku tau, itu bukan seorang kamu ‘banget’ yang jauh dari hal-hal
romantis. Aku ingin mereka tau hal apa saja yang membuatku berterima kasih,
- Kamu.. yang mencari bunga hingga ke Bogor (ternyata) dengan ditemani teman barumu di kampus.
- Kamu.. yang ketika menyatakan perasaan bawa-bawa laptop ke depan kosanku malam hari ditemani temanmu yang kebetulan aku pun mengenalnya dengan baik. Lupa persisnya gimana, pokoknya dengan bantuan software atau entah, disitu bertuliskan rangkaian kata singkat yang mewakili perasaanmu.
- Kamu.. yang gemar memberiku bunga mawar putih, yang hingga kini masih ku simpan fotonya.
- Kamu.. yang pernah memberiku boneka panda dengan dibungkus plastik hitam hahaha see? Betapa polosnya kamu di tengah usaha romantismu.
- Kamu.. yang mengantarkan tempat makan berwarna merah berisi roti panggang dengan mengukirnya menjadi rangkaian huruf namaku dan menyelipkannya di sela pagar kosanku. Aku selalu tertawa bila mengingatnya, membayangkanmu bersusah payah dengan hasil huruf yang ‘menyan-menyon’.
- Kamu.. yang selalu random cerita hal-hal sepele yang kadang membuatku, apasih ini anak.
Ya….. kamu. Terimakasihku.
Setelah kita putus di akhir tahun 2011,
komunikasi kita tidak serutin sebelumnya. Aku mulai kembali meneruskan
kehidupan di kampus, begitu pun kamu. Anehnya, kamu tetap dengan
ke-random-an-mu yang tiba-tiba ngechat, “wi dimana?” “wi lagi di depok?” “wi di
kosan ngga?” “wi” “wi” lalu menghilang entah ditelan bumi atau terbawa hembusan
angin.
Hingga tiba di semester terakhir ketika ku
sedang bergelut dengan skripsi. Bukan semacam komunikasi yang direncanakan dan
berlangsung lama, hanya komunikasi singkat lalu menghilang seperti biasa. Kita
bertemu kembali melalui ketikan-ketikan jari tangan.
Dan.. di hari aku hendak mengambil toga wisuda,
kebetulan kamu pun ingin memberiku oleh-oleh dari malang. Kita bertemu kembali
untuk pertama kalinya setelah sekian tahun. Teriknya siang itu menyaksikan dua
manusia bertemu kembali (untuk sekian lama) di dekat indomaret stasiun pondok
cina. Kau memanggil namaku dan aku sempat mencari suara itu. Masih terekam di
ingatanku kamu tersenyum lebar dan… kaku. Ternyata, masih sama seperti yang
dulu. Kita menghabiskan siang itu dengan suasana yang masih sedikit canggung. Pertemuan
itu berlangsung dengan singkat dan baik.
Dari pertemuan siang itu, kita bertemu kembali
di hari wisudaku. Kamu yang telah diwisuda satu semester sebelumnya, datang
bersama dua teman SMA kita, tak ketinggalan pula adiknya yang membantu
mengambil gambar kita berempat di perpustakaan pusat sebelum aku masuk ke
balairung. Kamu, yang saat itu sempat mengobrol sebentar dengan mama, membuat
teman-teman kuliahku sesekali mengedarkan pandangan ke arahmu.
Semenjak itu komunikasi kita mulai membaik dan
mengalir adanya sampai pada suatu ketika aku baru mengetahui (cenderung telat) bahwa
kamu pun sedang menjalin hubungan khusus dengan seseorang yang saat itu kalian
sedang memiliki gejolak tersendiri. Entah. Aku tidak tahu masalah apa yang
sedang kalian hadapi hingga pada akhirnya kalian memilih untuk mengakhiri
hubungan. Berkali-kali ku bertanya hal yang sama, berkali-kali pula jawabanmu
belum sepenuhnya menjawab rasa penasaranku. Ku mengenal batas sejauh mana aku
dapat mengetahui ranah pribadimu sehingga pada akhirnya aku memilih untuk tidak
membahasnya lagi.
Hari berganti hari, begitupun minggu, bulan,
hingga kini kita berdua berada di 2016.
Entah sepertinya aku menemukan kembali sosok yang
bisa kupercaya bahwa aku akan baik-baik saja bila bersamanya. Gunung, medan
terjal, laut, memburu sunset, ketinggian, film, hingga rumahku, sudah kita
rasakan di beberapa bulan terakhir ini. Menjadi saksimu dalam proses menyusun
seminar pra tesis, tesis, hingga akhirnya kamu (baru saja kemarin) mendapat acc untuk maju sidang,
memfotonya dan menuliskan caption “buat kamu” membuat perasaan itu semakin
aneh :)
Begitupun kamu, menjadi saksi ceritaku tentang angga, papa, mama, hingga
rumah kemalingan, duduk manis di kursi dapur melihat saat-saat aku belajar (dengan
masih dibantu mama) membuat kue karamel untukmu. Ya! saksi dalam proses aku
memperbaiki diri dengan perlahan belajar memasak makanan lainnya walaupun
makanannya masih sangat sederhana dan terbatas, walaupun (juga) hanya melihat
melalui foto-foto yang aku kirimkan hampir setiap harinya. Ya! Intinya setiap
saatnya kita sama-sama belajar memperindah diri menjadi lebih baik. Terselip
sesekali pembicaraan mengenai masa depan. Well, kita berandai pun masih dengan
hati-hati bermaksud tidak ingin mendikte Tuhan apalagi mendahului takdirNya.
Kini, aku benar menyadari ada semacam keyakinan yang kemudian muncul dan menguat dari hari ke hari. Bukan lagi perasaan yang
bergejolak riang seperti dulu. Lebih kepada perasaan, umm sepertinya kini ku memilih
dan mempercayaimu. Dan lagi-lagi, biarkan Tuhan memperlihatkan kuasaNya kelak.
Toh mama pernah bilang, jodoh itu memang takdir Tuhan, tapi jodoh pun takdir
yang harus diusahakan oleh manusia itu sendiri. Kalau boleh aku menyimpulkan,
sepertinya benar saat ini kita sedang sama-sama saling mengusahakan yang
terbaik bagi keduanya. Perlahan. Tanpa memaksakan.
Kepada masa depan.. mungkin dua, tiga, atau
empat tahun lagi.. aku, dia, kita, kini menyerahkannya dengan ikhlas kepadamu. Ku
harap kau mendukung usaha kita berdua. Walau kita pernah merencanakanmu dengan
pasangan masing-masing sebelumnya, semoga kali ini kau benar sudi mendengarkan
dan melihat usaha kami untuk dapat menggenggammu kelak.
Dan kepada yang pernah hadir sebelumnya di
kehidupan kita, aku dengan segala kerendahan hati berterimakasih kepada
masing-masing dari kalian karena telah begitu indah membentuk cerita tersendiri
di kehidupan kita dahulu. Aku percaya, kalian yang teramat baik pasti akan mendapatkan
yang teramat baik pula. Semoga kita tetap bisa saling mendoakan.
Baiklah..
Apa yang selanjutnya akan terjadi? Mari kita
lihat bersama ke depannya. Semoga harapan-harapan yang kita berdua lantunkan
dalam tiap sujud dan doa, diamini oleh semesta.
Terimakasih tak lupa ku haturkan kepada
Universitas Indonesia, yang telah mempertemukan kita berdua-memisahkan-menjauhkan-hingga
kembali mempertemukan-mendekatkan-di waktu yang tak terduga. Semesta maha
ajaib!
Salam,
Aku yang mengetik semua ini di laptopmu :)
0 comments:
Post a Comment