sang mudik di indonesia

Tuesday 6 August 2013 Read Comment
Sepanjang hari sepanjang jalan cikampek..

Hmm siapa ngga tau cikampek, si jalur pengharapan banyak orang, ngga sedikit pemudik yang memilih lewat jalur pantura. Dari bis supermewah, bis biasa, bis omprengan, truk, container, mobil sang kaya, mobil sang menengah, mobil bak terbuka yang ditutup terpal dan didalamnya terdapat beberapa kepala dengan hanya memakai kaos kutang, motor-motor dengan tumpukan kardus yang diikat tali, motor-motor bersama pasangan, motor-motor dengan anak kecil terpaksa atau dipaksakan duduk berada di antara kedua orang tuanya.

Mudik..
Yang katanya sudah menjadi tradisi.. hal yang terkadang di luar wajar akhirnya terpaksa menjadi sesuatu yang ‘diwajar-wajarkan’. Bis-bis mewah, menengah, sampai omprengan tidak ada bedanya di jalanan cikampek. Sangat wajar apabila tarif mereka naik, dengan waktu tempuh berkali-kali lipat, untuk sampai ke tempat tujuan aja udah untung, untuk balik lagi ke pangkalan bis mereka di Jakarta? Mereka belum tentu mendapatkan keuntungan maksimal seperti biasanya.
Mobil-mobil pribadi sang kaya, menengah, hingga bak terbuka hampir sesekali ngga ada bedanya. Dengan jumlah orang berjejal di dalamnya, mereka semua kepanasan, belum lagi kalau mesin mobil mulai ‘merengek’, wassalam..
Lain halnya dengan motor-motor yang lumayan tidak sebuntu itu untuk menyisir jalanan pantura.. Cuma ngga ngerti lagi deh sama nasib anak-anak yang terjejal diantara kedua orangtua yang membawa serta mereka.
Dan di depan saya.. sekelompok anak-anak duduk dengan tidak manusiawi di dalam truk container yang setengah pintunya terbuka sambil kipas-kipas, dengan baju tanpa lengan, ada yang membetulkan sendalnya yang mungkin copot, sedangkan yang lainnya hanya melihat jalan dengan kening mengkerut, ngga kebayang panasnya di dalam container.

Mudik.. mudik..
Sebegitu besarnya hasrat untuk pulang ke kampong halaman.. setahun sekali. Tapi semakin miris juga tiap tahunnya. Salahkah para pemudik? Apa ngga ada solusi buat mengatasinya?
Papah saya yang menyetir dan menjadi hero jalanan bagi saya menggerutu: “mudik.. mudik.. kenapa orang ga kapok mudik. Cuma di Indonesia aja pemandangannya yang kayak gini.”

Mudik.. mudik..
Sampai ada jasa untuk ngangkat motor dari satu ruas jalan ke ruas jalan lainnya yang dibatasi oleh blok pembatas jalan, karena saking jauhnya untuk mutar arah. Sampai penduduk sepanjang jalan menjadikan usaha dagang dadakan, dari popmi, Koran, kopi, minuman botol, kipas, sampai boneka ketupat. Sampai anak-anak kecil pun dikerahkan untuk ngamen dan buka jasa bersihin kaca mobil para pemudik dengan kemoceng yang mereka bawa.

Mudik.. mudik..
Yang harusnya waktu tempuh ke subang 3jam, karna si mudik, jadi 17 jam. 14 jam lainnya melayang berserakan dengan pikuknya jalan.

Mudik.. mudik..
Kata adik: “katanya kalau capek harus istirahat, tapi giliran mau istirahat suruh jalan terus. Ngga heran sampe ada yang dibawa mobil ambulan, 3 orang dalam satu mobil. Sekarang. Nggak tau beberapa jam nanti.”

Mudik.. mudik..
Polisi pun dikerahkan di sepanjang titik jalan.. berdiri.. berjaga.. meniup peluit.. menggerakkan tangan yang memegang sang tongkat merah menyala.

Mudik.. mudik..
Banyak orang yang menjawab, yasudah kalau gitu ngga usah mudik, gitu aja kok repot.

Yappppppp! Selalu tentang mudik.. selalu tentang kenapa? Hmmm..
Katanya berhati-hatilah selama berkendara di jalan.. katanya.
Katanya gunakan sabuk pengaman selama berkendara.. katanya.
Katanya satu jenis kendaraan ngga boleh bermuatan di luar kapasitas.. katanya.
Katanya utamakan keselamatan.. katanya.
Katanya kalau lelah, menepilah.. katanya.


Apa kabar dengan mudikers lainnya di jalur selatan? Lintas sumatera? Cirebon? Merak? Di jalur lainnya?

0 comments:

Post a Comment

 

© 2010 halaman kosongBlogger Template by dzignine